BAHAN PERTEMUAN APP - KAS 2013



SEMAKIN BERIMAN DENGAN BEKERJA KERAS

DAN MENGHAYATI MISTERI SALIB TUHAN



Pengantar
            Dengan berkarya / bekerja manusia mencukupi kebutuhan hidupnya. Ada banyak ragam pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Ada yang menjadi pegawai, guru, buruh, pedagang, petani dsb. Dalam pekerjaan-pekerjaan tersebut sebanarya manusia mempersembahkan seluruh kemampuan dirinya. Dengan bekerja, mengerjakan segala sesuatu yang baik adalah berkat bagi orang lain dan didirnya. Maka sebagai bahan permenungan di lingkungan-lingkungan, sekolah-sekolah dan komunitas-komunitas, selama masa prapaskah 2013, Panitai APP Keuskupan Agung Semarang mengajak seluruh umat menghayati pekerjaannya. Secara khusus di tahun iman ini, kita ingin merenungkan bersama bahwa melaksanakan pekerjaan-pekerjaan harian kita dapat menjadi sarana untuk semakin beriman dan menghayati misteri salib Tuhan kita Yesus Kristus. Yesus pernah bersabada,”Setiap orang yang mau mengikuti Aku ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku”(Luk 9:23).
            Dengan tema “SEMAKIN BERIMAN DENGAN BEKERJA KERAS DAN MENGHAYATI MISTERI SALIB TUHAN”,  kita ingin merasakan daya kekuatan salib Tuhan Yesus junjungan kita. Semoga dengan permenungan ini kita dapat menimba kekuatan salib Tuhan kita sebagai landasan pekerjaan-pekerjaan kita.
           

Semarang, Nopember 2012


Alexius Dwi Aryanto, Pr
Ketua Panitia APP KAS




Gagasan Dasar APP Tahun 2013
Pengantar
            Hidup sejahtera merupakan harapan semua orang. Pendapat umum mengatakan bahwa orang dikatakan sudah hidup sejahtera bila cukup sandang, pangan, papan, terjamin kesehatan dan pendidikannya. Namun demikian kesejahteraan tentu tidak hanya diukur dari sisi duniawi saja. Kesejahteraan juga menyangkut  segi batin seseorang. Kedekatan seseorang dengan Allah sebagai sumber kehidupan juga merupakan salah satu sisi ukuran kesejahteraan seseorang. Manusia diharapkan sungguh-sungguh menyadari bahwa segala yang duniawi itu berasal dari Allah yang diberikan kepada kita secara cuma-cuma.
            Untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, Allah menciptakan barang-barang duniawi berupa alam semesta dan segala isinya. Allah memberi tugas kepada manusia,”penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala yang merayap di bumi” (Kej 1:28). Manusia dipanggil oleh Allah untuk “berkuasa” atas alam semesta demi kesejahteraan hidupnya. Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab mengolah bumi dan segala isinya melalui kerjanya. Karena itu dalam mengerjakan alam ciptaan itu manusia ditentukan Allah sebagai penjaga yang bijaksana dan adil (bdk. Redemptor Hominis, art.15)
            Melalui kerjanya manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan sumber-sumber alam pemberian Tuhan. Tantangan yang kita hadapi saat ini berkaitan dengan kerja manusia adalah pudarnya atau bahkan hilangnya kebijaksanaan. Manusia menjadi menjadi serakah. Kerja hanya melulu mengejar materi sehingga untuk memenuhi materi itu manusia mengorbankan harga dirinya. Manusia sebagian sudah kehilangan kendali kebijaksanaan, budaya korupsi, merampas harta orang lain sudah dianggap hal yang wajar. Orang tidak tahu malu lagi, mereka bekerja tidak semestinya. Sudah saatnya kita kembali memaknai kerja sebagai upaya kita bersama untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam “menguasai” alam semesta. Hasil bumi dan alam sekitar yang melimpah bukan untuk memperkaya diri sendiri tetapi untuk membangun kesejahteraan kita bersama. Melalui pekerjaan yang kita tekuni apapun pekerjaan kita, kita ingin memberi kesaksian bahwa kerja itu suci. Kerja itu suci jika dilaksanakan dengan jujur, gembira, bijaksana dan mensejahterkan kehidupan bersama.

Makna Kerja Secara Biblis dan Teologis
            Sebagai orang beriman, hal-hal yang berkaitan dengan kerja sudah semestinya jika kita tempatkan dalam terang Kitab Suci. “Perjanjian Lama menampilkan Allah sebagai Pencipta mahakuasa (bdk. Kej 2:2; Ayb 38-41; Mzm 104; Mzm 147) yang membentuk manusia seturut citra-Nya dan mengundang dia untuk mengolah tanah (bdk. Kej 2:5-6) serta mengusahakan dan memelihara taman Eden di mana Allah telah menempatkannya. Kepada pasangan manusia pertama Allah mempercayakan tugas untuk menaklukkan bumi dan berkuasa atas semua makhluk hidup (bdk. Kej 1:28). Namun kekuasaan yang dilaksanakan manusia atas semua makhluk hidup yang lain, bukanlah sesuatu yang lalim atau sewenang-wenang; sebaliknya, ia harus “mengusahakan dan memelihara” (Kej 2:15) harta benda yang telah diciptakan Allah. Harta benda ini tidak diciptakan manusia, tetapi telah diterimanya sebagai suatu karunia berharga yang ditempatkan Sang Pencipta di bawah tanggung jawabnya. Mengusahakan bumi berarti tidak membiarkan dan menelantarkannya; menaklukkannya berarti memeliharanya, seperti seorang raja arif yang mengayomi rakyatnya dan seorang gembala yang menjaga kawanan dombanya.” (Kompendium ASG No.255).
            Gereja sungguh menghargai setiap pekerjaan dan menempatkan manusia sebagai subyek atas pekerjaan. Sebagai ciptaan yang sungguh amat baik, ciptaan yang mempunyai akal budi, manusia sungguh-sungguh dipercaya oleh Allah dalam meneruskan karya Allah yang begitu agung dan mulia. Kita diharapkan dapat menemukan nilai-nilai dalam setiap pekerjaan untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan dan sesama. Sebab sering kali masih kita jumpai dimana orang begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga melupakan  Tuhan dan sesama. Mungkin masih ada di antara kita yang tidak sempat ikut kegiatan lingkungan karena alasan pekerjaan. Bisa jadi kesibukan kerja dapat menjauhkan kita dengan Tuhan dan sesama. “Dalam khotbah-Nya, Yesus mengajarkan agar manusia jangan diperbudak oleh kerja. Sebelum segala sesuatu yang lain, ia mesti peduli dengan jiwanya; memperoleh seluruh dunia bukanlah tujuan hidupnya (bdk. Mrk 8:36). Harta benda duniawi malah fana, sedangkan harta milik surgawi tidak dapat binasa. Pada harta milik yang terakhir itulah manusia mesti menaruh hati mereka (bdk. Mat 6:19-21). Maka, kerja tidak boleh menjadi sumber kecemasan (bdk. Mat 6:25,31,34). Kalau orang khawatir dan menyusahkan dirinya dengan banyak hal, mereka menanggung risiko akan mengabaikan Kerajaan Allah beserta kebenaran-Nya (bdk. Mat 6:33), yang sebenarnya mereka butuhkan. Segala sesuatu yang lain, termasuk kerja, akan menemukan tempat, makna dan nilainya yang tepat jika diarahkan kepada hanya satu yang perlu dan yang tidak akan diambil darinya (bdk. Luk 10:40-42) (Kompendium ASG No.260)
            Yesus sendiri adalah seorang pekerja. Ia hidup di keluarga Nasareth bersama dengan Yusup, seorang tukang kayu dan bersama dengan Maria. Yesus juga mencela perilaku hamba yang tidak berguna, yang menyembunyikan talentanya di dalam tanah (bdk. Mat 25:14-30) dan memuji hamba yang setia lagi bijaksana yang didapati sang Tuan sedang melakukan tugas yang telah dipercayakan kepadanya (bdk. Mat 24:46). Yesus menerangkan misiNya sendiri sebagai ihwal bekerja:”BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yoh 5:17) (Kompendium ASG No.259)

Martabat Kerja dan Martabat Manusia
            Kerja manusia memiliki dua makna ganda: obyektif dan subyektif. Dalam arti obyektif, kerja merupakan jumlah aneka kegiatan, sumber daya, sarana serta teknologi yang digunakan menusia untuk menghasilkan barang-barang. Kerja dalam arti objektif merupakan segi yang dapat berubah dari kegiatan manusia, yang senantiasa bervariasi dalam bentuk ungkapannya sesuai dengan kondisi-kondisi teknologi, budaya, sosial dan politik yang tengah berubah.
            Dalam arti subyektif, kerja adalah kegiatan pribadi manusia sebagai makluk dinamis yang mampu melaksanakan aneka ragam tindakan yang merupakan bagian dari proses kerja dan yang bersepadanan dengan panggilan pribadinya. Kerja dalam arti subjektif adalah matranya yang stabil, karena tidak bergantung pada orang-orang yang menghasilkannya atau pada jenis kegiatan yang mereka lakukan, tetapi hanya dan semata-mata pada martabat mereka sebagai manusia. Pemilahan ini penting, baik untuk memahami apa yang menjadi landasan paling tinggi nilai dan martabat kerja, maupun yang berkenaan dengan berbagai kesukaran dalam menata sistem ekonomi dan sistem sosial yang menghormati hak asasi manusia. (Kompendium ASG No.270)
            Memang harus diakui bahwa antara kerja dan kehidupan ekonomi ada kaitan yang begitu erat. Kebanyakan orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Singkatnya, orang bekerja untuk mendapatkan uang. Fakta ini tidak dapat disangkal. Dengan bekerja orang berharap kesejahteraan hidupnya meningkat dan akhirnya tidak jatuh dalam kemiskinan. Sebab saat ini masalah kemiskinan manusiawi cukup menonjol dan masih dirasakan oleh banyak orang. Di satu pihak bisa diamati bahwa belum semua jenis pekerjaan menguntungkan semua orang, dan dari lain pihak disadari bahwa sikap manusia terhadap kerja cukup berbeda. Namun demikian kerja harus dipandang dan diperlakukan sebagai kunci seluruh persoalan sosial (bdk. Laborem Exercens art.3). Karena itu makna dan nilai kerja pertama-tama harus diarahkan sebagai suatu tindakan yang membebaskan manusia dari kemiskinan dan keterbelakangan. Unsur non ekonomis dalam kerja manusia tidak boleh diabaikan atau dimatikan oleh unsur yang semata-mata bercorak ekonomis, antara lain mendapatkan keuntungan stinggi-tingginya, konsumsi sampai habis, penghisapan dan penindasan manusia lain. Dalam setiap pekerjaan martabat manusia tetap harus dijunjung tinggi sebab mereka adalah pribadi yang luhur, citra Allah sendiri. Maka dari itu setiap orang apapun pekerjaannya harus diperlakukan secara manusiawi.
            Dalam setiap pekerjaan, manusia harus mendapat kesempatan untuk mengungkapkan kepribadiannya; hasil kerjanya hendaknya memampukan manusia untuk mengembangkan harga diri. Dengan bekerja, manusia mengungkapkan dan menyempurnakan diri. Sekaligus kerja mempunyai dimensi sosial karena hubungannya dengan keluarga maupun dengan kesejahteraan sosial (Centesimus Anus art.6). Kerja, baik kerja di kantoran, buruh pabrik, penjual rokok di pinggir jalan, pemulung, petani, nelayan sampai kerja yang dilakukan oleh ibu rumah tangga, merupakan ungkapan hakiki dari kepenuhan pribadi manusia yang adalah Gambar dan Citra Allah.  Landasan untuk menetapkan makna dan nilai kerja manusia bukanlah pertama-tama corak kerja yang sedang dijalankan, melainkan kenyataan bahwa pelakunya adalah pribadi manusia (Laborem Exercens art. 6).
            Kenyataannya, masih banyak terjadi bahwa kerja manusia lebih diukur oleh pengalaman yang coraknya terlalu materialistik. Hal seperti ini dapat kita maklumi karena kerja dan penghidupan yang layak berkaitan erat sekali. Sebagaimana ditegaskan dalam Ajaran Sosial Gereja,”Kerja mempunyai suatu tempat terhormat karena kerja merupakan sumber berbagai kekayaan, atau setidak-tidaknya syarat bagi suatu kehidupan yang layak, dan pada prinsipnya merupakan sebuah sarana yang efektif melawan kemiskinan (bdk. Ams 10:4). Namun orang tidak boleh jatuh ke dalam godaan menjadikan kerja sebagai berhala, sebab makna kehidupan yang paling tinggi dan menentukan tidak boleh dicari dan ditemukan dalam kerja. Kerja itu hakiki, namun Allah itulah – dan bukan kerja – yang merupakan sumber kehidupan serta tujuan akhir manusia” (Kompendium ASG 257).
            Ajaran Gereja mencita-citakan hal seperti itu. Namun cita-cita kadang berbeda dengan kenyataan. Kemiskinan masih mewarnai kehidupan kita. Orang membutuhkan makan, orang membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak jarang kita masih menjumpai seorang anak harus bekerja membantu orang tuanya karena himpitan ekonomi. Ada yang menjadi pemulung, pengamen atau bahkan menjadi buruh. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang layak dan memadai menjadi hilang. Orang menjadi tidak peduli lagi apakah kerjanya menjadikannya semakin seorang manusia menurut gambar pencipta-Nya atau tidak. 
            Pekerjaan apapun harus diarahkan untuk menjunjung tinggi martabat manusia sebab manusia adalah subyek atas pekerjaannya. Gereja menegaskan bahwa,” Kerja manusia tidak hanya berasal dari pribadi, tetapi juga secara hakiki ditata menuju dan memiliki sasaran akhirnya pada pribadi manusia. Terlepas dari muatan objektifnya, kerja mesti diarahkan kepada subjek yang melaksanakannya, karena tujuan kerja, jenis kerja yang mana pun, adalah selalu manusia. Bahkan walaupun orang tidak dapat mengabaikan komponen objektif kerja yang berkenaan dengan kualitasnya, namun bagaimanapun juga unsur tersebut mesti dikebawahkan pada perwujudan diri pribadi, dan karenanya pada matra subjektif, dan berkat itu pula menjadi mungkinlah untuk menegaskan bahwa kerja untuk manusia dan bukan manusia untuk kerja. “Selalu manusia itulah yang merupakan tujuan kerja, entah kerja mana pun yang dijalankannya – juga kalau tatanan nilai pada umumnya menganggapnya sebagai sekadar ‘pengabdian’ belaka, sebagai kerja yang sangat monoton, bahkan kerja yang paling
mengasingkan.” (Kompendium ASG no.272).

Spiritualitas Kerja
            Spiritualitas kerja manusia ha  rus digali dari semangat hidup Yesus sendiri. Yesus juga seorang pekerja keras. Siang malam Dia terus bekerja melalui sabda dan karyaNya sehingga makanpun tidak sempat (bdk. Mrk 6:31). Selama pelayananNya di atas bumi, Yesus bekerja tiada heti-hentinya, seraya melakukan perbuatan-perbuatan menakjubkan untuk membebaskan manusia dari penyakit, penderitaan dan kematian. Bahkan hari Sabat yang menjadi larangan dalam tradisi Yahudi untuk bekerja tetap dijadikan sarana bagi Yesus untuk berbuat baik. “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat” (Mrk 2:27). Dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat Ia berkehendak menunjukkan bahwa hari Sabat adalah milikNya, karena sesungguhnya Ia adalah Putra Allah, dan bahwa inilah hari ketika manusia hendaknya membaktikan diri mereka kepada Allah dan kepada sesama (Kompendium ASG No.261). Dan satu hal yang menarik adalah bahwa di dalam Yesus Kristus, dunia yang telah rusak oleh dosa manusia, melalui karyaNya telah dipulihkan kembali hubungannya dengan Allah sumber ilahi Kebijaksanaan dan Cinta Kasih. Dengan cara ini, artinya, seraya menerangkan dalam takaran yang semakin besar “kekayaan Kristus yang tak terduga” (Ef 3:8) dalam ciptaan, kerja manusia menjadi sebuah pelayanan yang diangkat ke kemuliaan Allah.
            Sebagai umat beriman, kitapun sudah semestinya dalam bekerja selalu berpegang pada semangat dan perintah Kristus. Dalam kisah panggilan murid-murid yang pertama dikisahkan amat bagus oleh Lukas. Ketika itu Simon dan kawan-kawannya sudah bekerja sepanjang malam namun tidak mendapatkan apa-apa. “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga. Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak” (Luk 5:5-6). Kerja dalam bentuk apapun harus dimengerti sebagai keikutsertaan pribadi Yesus Kristus, manusia pekerja (Laborem Exercens art.25). Orang beriman kristiani yang melaksanakan pekerjaannya berdasarkan prinsip iman kristiani mewujudkan kemuridan Kristus dalam hidupnya. Keutamaan-keutamaan yang mesti  dihidupi dalam kerja adalah tanggung jawab, disiplin, kerja keras, inisiatif dan kreatif, jujur, cermat, tertib, tekun dan teliti.
            Selain keutamaan-keutamaan tersebut di atas, sebagai murid-murid Yesus Kristus, spriritualitas salib juga harus ditempatkan dalam setiap pekerjaan kita. Berulang kali Yesus menegaskan bahwa Anak Manusia harus menderita sengsara dan pada hari ketiga dibangkitkan dari alam maut (bdk. Mrk 8:31). Sejak awal karyaNya, Yesus menegaskan bahwa pekerjaanNya adalah melaksanakan kehendak Bapa (bdk. Yoh 4:34). Kehendak Bapa tersebut dituntaskan oleh Yesus saat Dia ditinggikan dan wafat di kayu salib (bdk. Yoh 20:30). Yesus setia dan taat kepada kehendak Bapa sampai wafat. Ini mengandung arti yang sangat dalam bahwa bekerja membutuhkan totalitas atau kterlibatan sepenuh hati dan harus dapat menyelesaikan sampai tuntas. Kerja mewakili satu matra hakiki dari keberadaan manusia sebagai keterlibatan tidak saja dalam tindakan penciptaan tetapi juga tindakan penebusan. Orang-orang yang menerima tanpa mengeluh keras dan sulitnya kerja dalam persatuan dengan Yesus, dalam arti tertentu mereka bekerja sama dengan Sang Putra Allah dalam karya penebusan-Nya, dan menunjukkan bahwa mereka adalah para murid Kristus seraya memikul salib-Nya setiap hari, dalam kegiatan baginya mereka dipanggil untuk melaksanakannya. Seturut perspektif ini, kerja dapat dipandang sebagai sebuah sarana pengudusan serta menerangi aneka realitas duniawi dengan Roh Kristus (Kompendium ASG No.263)


Pertemuan I
Makna Kerja

Intisari pertemuan
Setiap orang mempunyai pekerjaan, entah besar entah kecil. Memang harus disadari bahwa ada beberapa orang yang belum mempunyai pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kita terus menerus diajak berdoa untuk mereka. Pekerjaan itu banyak ragamnya. Kita dapat menemukan maknanya tersendiri dalam setiap pekerjaan kita. Apa maknanya bagi kita? Pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya sekedara untuk mendapatkan upah, namun bisa menjadi sarana bagi kita untuk mengolah pribadi. Dalam pekerjaan itu kita diajak untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan dan sesama. Maka dari itu jangan sampai pekerjaan kita justru semakin menjauhkan diri dari Tuhan. Bekerja adalah menghayati panggilan dan melaksanakan kehendak Tuhan.

Tujuan
  • Kita mempunyai rasa bangga dan mempunyai rasa memiliki atas pekerjaan kita meskipun pekerjaan tersebut kecil dan sederhana. Jangan sampai kita meremehkan pekerjaan-pekerjaan kecil dan sederhana.
  • Kita berharap dapat melaksanakan pekerjaan kita dengan gembira hati tanpa mengeluh dan mengesah.
  • Dengan pekerjaan kita, kita semakin dewasa, semakin merasa dekat dengan Tuhan dan sesama.
  • Kita semakin menyadari bahwa bekerja adalah melaksanakan kehendak Allah.

JALANNYA PERTEMUAN

PEMBUKAAN
Nyanyian Pembuka
Tanda Salib dan Salam

P: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U: Amin
P:  Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus, besertamu.
U. Dan sertamu juga
Pengantar-tobat
Doa pembuka
P.  Ya Allah asal dan tujuan hidup kami, terangilah dan berkatilah kami agar kami dapat merencanakan tugas dan pekerjaan-pekerjaan dengan baik. Semoga Engkau juga berkenan mendampingi kami dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan kami. Curahkanlah anugrahMu ke dalam hati kami agar kami dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kami sampai tuntas. Semoga dengan demikian kami selalu bergembira menjalani tugas dan pekerjaan kami untuk semakin memuliakan dan meluhurkan namaMu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin

Text Box: Hanya ini yang dapat saya persembahkan kepada Tuhan, pekerjaan yang sangat sederhana, namun saya jalani dengan penuh kegembiraan hati. Saya menjalani apa yang dikehendaki Tuhan atas diri saya.Ilustrasi
Ibu Sinem adalah salah seorang warga sebuah paroki. Setiap pukul 07.00 pagi ia sudah berada di kompleks gereja untuk membersihkan halaman gereja dengan sapunya yang amat sederhana. Melihat hal itu, pastor parokinya bertanya,”Ibu, pagi-pagi kok sudah sampai di gereja, apakah pekerjaan di rumah sudah selesai?” Ibu ini menjawab,”Romo pekerjaan di rumah sudah selesai, apalgi saya sendirian di rumah. Jadi kalau pekerjaan di rumah sudah selesai, saya pergi ke gereja, bersih-bersih halaman gereja Romo. Saya tidak mempunyai apa-apa untuk dapat saya persembahkan kepada Tuhan. Saya hanya bisa menyapu. Saya gembira Romo bisa melakukan seperti ini. Saya hanya melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan.

Permenungan
1.      Apa yang menarik dari cerita singkat tadi bagi Anda?
2.      Pekerjaan apa saja yang kita tekuni setiap hari?
3.      Apakah pekerjaan-pekerjaan harian (rutin) tersebut sudah kita jalani dengan penuh kegembiraan hati? Apakah kita menyadari bahwa pekerjaan-pekerjaan yang kita jalani merupakan panggilan dari Tuhan sendiri?
4.      Buah-buah apa saja yang dapat kita petik darisetiap pekerjaan kita? Apakah pekerjaan-pekerjaan harian kita sudah semakin mendekatkan diri kita dengan Tuhan dan semakin meneguhkan iman kita? Ataukan sebaliknya, kesibukan pekerjaan kita semakin menjauhkan kita dari Tuhan?

Teks Luk 5:1-11

Doa spontan
Bapa kami
Doa penutup
P.  Ya Allah yang mahakuasa dan kekal, Engkau telah mempercayakan bumi dan segala isinya kepada kami untuk kami olah dan kami pelihara. Engkau telah memberi kami tanah yang subur, yang dapat menumbuhkan tanam-tanaman untuk mencukupi kebutuhan hidup kami. Maka kami mohon berkatilah kami agar kami senantiasa giat bekerja untuk semakin memuliakan dan meluhurkan namaMu. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin

PENUTUP
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
Berkat
P. Tuhan Sertamu
U. Dan Sertamu juga
P. Semoga kita semua diberkati oleh Allah Yang Mahakuasa
U. Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

Nyanyian Penutup



Pekerjaan meski kecil dan sederhana  sekalipun tetap berharga di mata Tuhan.
“Ya Tuhan aku datang melakukan kehendakMu”



Pertemuan II
TEKUN DAN SETIA DALAM PEKERJAAN

Intisari pertemuan
Siapapun dipercaya melakukan setiap pekerjaan. Ada yang bekerja di kantor, ada yang buruh, pedagang dsb. Ada juga ibu rumah tangga yang tekun menjalani pekerjaan rutin harian di rumah, menyapu, masak, bersih-bersih rumah, mencuci. Tidak bisa kita menyebutkan satu per satu karena memang begitu banyak pekerjaan yang dapat dilakukan. Setiap pekerjaan jika kita jalani dan kita laksanakan dengan tekun dan setia pasti akan berbuah banyak. Maka dari itu siapapun yang dipercaya menyelesaikan setiap pekerjaan sudah sepantasnya menjalaninya dengan tekun dan setia.

Tujuan
·         Umat diajak menyadari bahwa kita dipercaya menyelesaikan pekerjaan, entah pekerjaan itu besar entah kecil.
·         Kita diajak menyelesaikan pekerjaan kita dengan gembira hati, setia, tekun dan teliti.
·         Bisa merasakan bahwa bekerja merupakan persembahan yang berharga untuk Tuhan


JALANNYA PERTEMUAN

PEMBUKAAN
Nyanyian Pembuka
Tanda Salib dan Salam

P: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U: Amin
P:  Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus, besertamu.
U. Dan sertamu juga
Pengantar-tobat
Doa pembuka
P.    Ya Allah yang mahamurah, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau telah memberi kesempatan kepada kami untuk mempersembahkan kemampuan kami lewat pekerjaan-pekerjaan kami. Semoga karena bantuan rahmatMu kami sanggup melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kami dengan sungguh-sungguh, tekun dan setia. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U.   Amin

Teks: Mat 25:14-30 (salah seorang membacakan)
Pokok-pokok permenungan
  • Setiap orang diserahi tanggung jawab
  • Sikap, semangat dan tanggapan kita atas pekerjaan-pekerjaan beraneka ragam. Ada yang semangat dan rajin, tekun dan teliti. Namun ada juga yang seringkali malas dan ogah-ogahan.
  • Setiap keputusan yang kita ambil pasti ada resikonya. Yang menerima lima talenta berani beresiko. Meski beresiko tetap bekerja. Yang menerima satu talenta tidak berani beresiko namun justru malah menyalahkan orang lain.
  • Dalam kehidupan kita, sering kita mudah menyalahkan orang lain namun ketika kita sendiri diserahi tanggung jawab, justru kita menghindar.

Bahan renungan
  1. Dari kutipan bacaan Injil tadi, bagian (ayat mana) yang menarik perhatian Anda?
  2. Mengapa bagian itu yang menarik bagi Anda?
  3. Jika kita diserahi tanggung jawab apapun, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita mau menerimanya dengan gembira hati dan melaksanakannya dengan gembira pula?
  4. Jika kita sudah bersedia menerima tanggung jawab, bagaimana kita akan menjalani tanggung jawab tersebut?

Peneguhan permenungan dengan belajar dari Beato Francisco Garate
Text Box: ”Saya melakukan pekerjaan saya yang remeh ini sebaik-baiknya. Sisanya dilakukan oleh Tuhan yang mahakuasa. Segalanya ringan dan mudah berkat bantuanNya, karena kita mengabdi Tuan yang baik.”


Bruder Francisco Garate sangat terkenal karena pribadinya yang ramah.   Siapa saja yang lewat pintu gerbang Universitas Deusto di Bilbao Spanyol,   antara tahun 1888-1929, pasti mengenal beliau. Sebagai penjaga pintu, Bruder Francisco Garate selalu siap sedia melaksanakan tugasnya, melayani siapa saja baik yang kaya maupun yang miskin, baik orang-orang terhormat, berkedudukan maupun rakyat biasa. Bruder Francisco melakukan tugasnya yang sederhana itu dengan tekun, setia dan menyelesaikannya dengan baik. Bruder Francisco dipanggil Tuhan pada usia 72 tahun. Sebagian besar hidupnya, 41 tahun beliau abdikan untuk menjaga pintu gerbang universitas. Sungguh suatu teladan kesetiaan yang patut kita contoh. Pada tahun 1985 Paus Yohanes Paulus II menganugerahkan gelar beato kepada beliau. Dalam diri Bruder Francisco, pekerjaan yang kelihatannya remeh bahkan sering dipandang sebelah mata oleh banyak orang, ternyata menjadi suatu pekerjaan yang sangat mulia dan berharga. Bruder Francisco dapat menghayati kesucian hidupnya melalui karya yang sangat sederhana, dalam kehidupan harian yang rutin dan biasa-biasa saja. Yang sangat mengagumkan dari Bruder Francisco adalah keramahan dan kesederhaan hidupnya. Beliau sangat peduli kepada orang-orang miskin. Setiap hari beliau melayani antara 40-50 orang miskin yang datang dan dengan gembira hati Bruder Francisco melayani mereka. Bruder Francisco terkenal karena keramahan dan kesabarannya. Dan suatu ketika, salah seorang tamunya, Pietro Boetto, yang kemudian menjadi Uskup Agung Genoa, bertanya kepadanya,”Bagaimana Bruder berhasil mengurusi begitu banyak hal dan pada saat yang sama tetap tenang tidak kehilangan kesabaran?”
Bruder Francisco menjawab,”Saya melakukan pekerjaan saya yang remeh ini sebaik-baiknya. Sisanya dilakukan oleh Tuhan yang mahakuasa. Segalanya ringan dan mudah berkat bantuanNya, karena kita mengabdi Tuan yang baik.”

Doa umat (spontan)
Bapa Kami
Doa penutup
P.  Ya Allah, Engkau telah memberi kesempatan kepada kami untuk mempersembahkan segala kemampuan kami. Bantulah kami agar kami senantiasa mampu melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan kami dengan penuh kegembiraan hati. Semoga kami tetap tekun, sabar dan telaten dalam tugas-tugas kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin

PENUTUP
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
Berkat
P. Tuhan Sertamu
U. Dan Sertamu juga
P. Semoga kita semua diberkati oleh Allah Yang Mahakuasa
U. Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)



Pertemuan III
SALIB TUHAN SUMBER KEKUATAN DALAM PEKERJAAN KITA

Intisari pertemuan
Ada kalanya kita mengalami kelesuan dalam hidup. Penyebabnya bisa bermacam-macam, bisa jadi karena beban berat pekerjaan kita. Kita sudah bekerja sunggug-sungguh, matia-matian namun hasilnya kadang tidak memuaskan. Kita menjadi patah semangat “loyo”. Yesus memberi teladan kepada kita ketika Yesus memanggul salib menuju puncak Golgota. Yesus berani mempertaruhkan nyawaNya di salib karena kesetiaanNya akan tanggungjawabnya menyelesaikan karya penebusan Allah BapaNya di surga. Maka bagi kita umat beriman, salib Tuhan adalah kekuatan kita dalam melaksanakan setiap pekerjaan kita.

Tujuan
·         Umat dapat merasakan daya kekuatan salib dalam kehidupan sehari-hari
·         Umat bisa meneladan hidup Yesus Kristus sendiri yang dengan rela memanggul salib menyelesaikan karya Allah.
·         Dengan kekuatan salib Tuhan Yesus kita melaksanakan karya-karya kita


JALANNYA PERTEMUAN
PEMBUKAAN
Nyanyian Pembuka
Tanda Salib dan Salam

P: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U: Amin
P:  Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus, besertamu.
U. Dan sertamu juga
Pengantar-tobat
Doa pembuka
P.  Allah Bapa yang kekal dan kuasa, PutraMu Yesus Kristus berkenan menanggung segala sengsara dan derita di kayu salib demi keselamatan kami. Semoga salib PutraMu Yesus Kristus menjadi kekuatan kami dalam melaksanakan tanggung jawab dan pekerjaan-pekerjaan kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin
Text Box:
Ilustrasi
Adalah Sinar seorang anak yang baru berumur 6 tahun. Ia hanya tinggal bersama dengan ibunya yang sudah lumpuh akibat dianiaya oleh suaminya. Sekarang suaminya (ayah Sinar) tidak diketahui lagi dimana berada. Sinar tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana di Mandar Polewali Barat, Sulawesi. Meskipun jauh dari kita namun hidupnya pantas kita beri pujian yang tinggi. Sebagai seorang anak yang seharusnya menikmati masa kanak-kanak, masa sekolah dengan anak-anak seusianya, namun Intan sudah harus bekerja keras di rumahnya. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah Sinar sudah menyiapkan segala keperluan makan untuk ibu dan dirinya. Ia juga harus mencuci, menyuapi ibunya dsb, melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Memindahkan ibunya yang menderita lumpuh adalah pekerjaan harian Sinar. Hal itu disebabkan karena ibunya sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain berbaring di tempat tidur karena lumpuh. Setelah pekerjaan rumah selesai barulah Sinar pergi ke sekolah. Maka setiap hari Sinar selalu terlambat masuk sekolah. Demikian juga pada waktu siang hari. Ia harus pulang lebih awal untuk menyiapakan makan siang untuk ibunya. Begitulah Sinar menjalani hidupnya sehari-hari, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh orang dewasa (orang tua).
Text Box: Dilandasi oleh kasih yang tulus, Sinar merawat Ibunya yang menderita lumpuh. Ia menjalaninya  seorang diri. Pekerjaan sederhana ini dilakukan dengan tekun dan setia.Barangkali cerita itu membuat hati kita terharu. Sinar menjalani pekerjaan itu karena begitu cintanya kepada ibunya. Perbuatan Sinar dilakukan karena cinta.


Bahan renungan
  1. Apa saja yang dapat kita petik dari kisah Sinar tersebut di atas?
  2. Mengapa Sinar mau menjalani pekerjaan itu?
  3. Apakah kita juga sudah sepenuh hati menjalani setiap pekerjaan kita? Sudahkan pekerjaan-pekerjaan kita kita lakukan berlandaskan kasih dan kita jalani dengan tekun, setia dan sabar?
  4. Sebagai murid-murid Yesus Kristus, apakah salib Tuhan kita Yesus Kristus kita jadikan kekuatan dalam setiap pekerjaan kita?

Teks pendukung renungan (Mat 16:24-25)

Doa spontan
Bapa Kami
Doa penutup
P.  Allah yang mahasuci, kami mengucap syukur kepadaMu karena PutraMu Yesus Kristus telah menebus kami melalui sengsara, wafat dan kebangkitanNya dari alam maut. Berilah kekuatan kepada kami agar kami selalu setia memanggul salib kami setiap hari dan karena itu kami tetap Kauperkenankan menjadi murid-murid Yesus Kristus Tuhan dan juru selamat kami.
U. Amin

PENUTUP
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
Berkat
P. Tuhan Sertamu
U. Dan Sertamu juga
P. Semoga kita semua diberkati oleh Allah Yang Mahakuasa
U. Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

Ketekunan, kesetiaan dan kesabaran Sinar, gadis cilik ini mendorong kita untuk belajar memikul salib setiap hari mennyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kita.



Pertemuan IV
MENJADI MANUSIA BARU DALAM KRISTUS

Intisari pertemuan
Ketika kita dibaptis kita disatukan dengan hidup Yesus Kristus. Ini sangat bermakna bagi kita bahwa kita menjadi manusia baru dalam Kristus.Yesus Kristus yang rela sengsara, wafat dan dibangkitkan oleh Allah telah menjadi teladan kita semua. KesetiaanNya pada kehendak Bapa, cintaNya kepada umat manusia, terutama yang miskin dan menderita merupakan contoh konkret bagi kehidupan kita. Maka kalau kita memberikan diri dibaptis, kita ingin masuk dalam kehidupan baru, menjadi manusia baru dalam Kristus. Begitu juga dalam pekerjaan-pekerjaan kita, kita meneladan Yesus Kristus sendiri,”BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga”.

Tujuan
·         Umat dapat memetik buah-buah pembaptisan, yaitu menghayati diri sebagai putra-putri Allah dan memasuki hidup baru dalam Kristus.
·         Semakin menyadari bahwa dengan menerima baptis kita harus berani meninggalkan cara hidup lama dan memasuki cara hidup baru.
·         Dapat berkarya sebagai murid-murid Yesus Kristus, yaitu berkarya dengan sungguh-sungguh, rajin, tekun dan teliti.
·         Sebagai manusia baru dalam Kristus, kita dengan gembira dan setia menerima setiap tanggung jawab yang diserahkan kepada kita.


JALANNYA PERTEMUAN
PEMBUKAAN
Nyanyian Pembuka
Tanda Salib dan Salam

P: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U: Amin
P:  Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus, besertamu.
U. Dan sertamu juga
Pengantar-tobat
Doa pembuka
P.  Ya Allah yang penuh cinta, kami mengucap syukur kepadaMu karena Engkau berkenan mengangkat kami menjadi putra-putriMu. Kami sudah Kausatukan dengan hidup Yesus Kristus PutraMu melalui sakramen baptis. Semoag seluruh hidup kami, lebih-lebih dalam setiap pekerjaan kami, kami senantiasa meneladan Yesus Kristus PutraMu, yang dengan setia melaksanakan kehendakMu. Semoag hidup baru yang kami terima semakin mendorong kami untuk ikut serta menghadirkan KerajaanMua. Demi Kristus Tuhan dan dn pengantara kami.
U. Amin

Teks (Ef 4:17-32)


Bahan renungan
  1. Apakah kita bangga menjadi pengikut Yesus Kristus? Apa yang membuat kita bangga?
  2. Apakah sebagai pengikut Yesus Kristus kita sudah berkarya dengan baik, jujur, setia dan melaksanakan setiap pekerjaan kita dengan sungguh-sungguh?
  3. Apakah kita mempunyai niat-niat khusus untuk membangun pertobatan kita, lebih-lebih dalam pekerjaan-pekerjaan kita, berusaha semakin menyerupai Yesus Kristus dalam karya-karya kita?

Doa spontan
Bapa Kami
Doa penutup
P.  Ya Allah yang penuh cinta, puji dan syukur kami haturkan kepadaMu karena kami telah Kauberi kesempatan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup kami. Semoga hidup Yesus Kristus PutraMu menjadi penyemangat kami dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan kami sehingga kami senantiasa bekerja dengan jujur, setia, sabar dan teliti. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin

PENUTUP
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
Berkat
P. Tuhan Sertamu
U. Dan Sertamu juga
P. Semoga kita semua diberkati oleh Allah Yang Mahakuasa
U. Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus (masing-masing membuat tanda salib)

Semoga dengan bekerja kita semakin beriman mendalam dan tangguh

  

Pertemuan V
MEMBANGUN NIAT DAN PERTOBATAN

Intisari pertemuan
Pada pertemuan kelima ini kita diajak untuk membangun niat-niat kita serta membangun sikap tobat secara nyata dalam hidup. Selama empat kali pertemuan kita diajak untuk merenungkan bagaimana kita menjalankan pekerjaan-pekerjaan kita selama ini. Niat apa sajakah yang mau kita bangun setelah pertemuan-pertemuan selama masa prapaskah ini?

Tujuan
·         Menjadikan salib Tuhan kita Yesus Kristus sebagai dasar pekerjaan-pekerjaan kita.
·         Kita bisa berkarya/bekerja dengan penuh kegembiraan hati, tidak mudah mengeluh dan putus asa.
·         Kita dapat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kita, entah besar entah kecil dengan penuh keterlibatan hati.
·         Semakin teguh dalam iman melalui pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan.


JALANNYA PERTEMUAN
PEMBUKAAN
Nyanyian Pembuka
Tanda Salib dan Salam

P: Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U: Amin
P:  Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus, besertamu.
U. Dan sertamu juga
Pengantar-tobat
Doa pembuka
P.  Ya Allah yang maharahim, kami bersyukur kepadaMu karena kami senantiasa Kauberi kesempatan untuk membangun pertobatan. Berkatilah usaha-usaha serta niat-niat kami agar kami mampu bekerja dengan baik. Semoga melalui pekerjaan-pekerjaan kami iman kami semakin mendalam dan tangguh dan dengan demikian setiap pekerjaan kami menjadi perwujudan iman kami dan menjadi berkat bagi sesama kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin

Bahan renungan
  1. Apa saja yang menjadi niat-niatku agar aku dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanku dengan tuntas?
  2. Apa saja yang akan aku upayakan agar niat-niatku itu dapat terwujud? (Misalnya: aku mau mengatur jadual harianku dengan baik, setiap hari akan kucatat apa yang telah kulakukan hari ini, adakah hal-hal baru yang semakin meneguhkan imanku?)



Doa spontan
Bapa Kami
Doa penutup (Mohon Semangat dalam Bekerja)
Ya Tuhan Allah kami, Kauciptakan dunia beserta isinya, Kauciptakan manusia menurut citraMu, supaya kami mengolah bumi ini, sambil bekerja sama dengan Dikau, Sang Pencipta.
Berilah kami senantiasa semangat dan ketulusan hati dalam menerima pekerjaan yang Kauberikan pada kami.
Terimalah segala suka-duka dan jerih payah kami dalam kurban Kristus PuteraMu demi pengampunan dosa kami dan demi berkat bagi orang yang kami cintai.
Semangatilah kami, berkat ilham Roh Kudus, untuk tetap bekerja sama dengan orang lain dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan keluarga kami dan masyarakat luas.
Bantulah juga semua orang yang menganggur, atau orang yang terpaksa bekerja dengan tidak layak, supay mereka tidak patah semangat melainkan menemukan apa yang mereka harapkan.
Inilah permohonan yang kami sampaikan kepadaMu, ya Bapa, dengan perantaraan PuteraMu, Yesus Kristus, yang tidak segan-segan menanggung pekerjaan di tempat tersembunyi di Nasareth dan yang menguduskan pekerjaan kami demi kemuliaan namaMu dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin

PENUTUP
Pengumuman (dapat diadakan kolekte dan sesudah dirasa cukup selanjutnya mempersiapkan hati untuk memohon berkat Tuhan)
Berkat
P. Tuhan Sertamu
U. Dan Sertamu juga
P. Semoga kita semua diberkati oleh Allah Yang Mahakuasa
U. Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus